Balada Sang Pengawal Kebersihan
Tubuhnya yang besar-gempal tidak menghalangi untuk bergerak lincah menjelajahi semua ruangan. Bahkan ketika belum seorang pun muncul di kantor, ia telah menyulap semua ruangan menjadi bersih mengkilap. Prinsip sedikit bicara banyak kerja benar-benar diaamalkan untuk aktifitas rutin ini.Seolah tak kenal lelah, disudut ruangan mana punia tak memberi ampun terhadap sampah. Tak terbayangkan kondisi kebersihan kantor PA Purwodadi yang setiap hari dikunjungi rata-rata 100 orang ini, tanpa dia. “Sampah harus disikat habis, biar tidak mengganggu pemandangan dan menimbulkan penyakit”, katanya bersemangat.
Dialah FAJAR YUSUF ASYHARI. Dari sekitar 60 pegawai Pengadilan Agama Purwodadi (termasuk para Hakim), hanya beberapa gelintir saja yang tahu nama asli sosok yang satu ini. Orang tahunya hanya “Saddam”, padahal “Saddam” hanya “paraban” yang diberikan oleh teman-teman kantor guna mengenang Saddam Husein, Presiden Irak yang digulingkan secara sewenang-wenang oleh pasukan Amerika di era pemerintahan Presiden George W Bush Sr.
Fajar “Saddam” Yusuf Asyhari dilahirkan di Grobogan pada tahun1970 dari keluarga petani. Lingkungan desa yang “gersang” dari suasana relijius menjadikan Saddam sebagai sosok awam di bidang agama seperti umumnya orang sekitarnya. Namun Sadam tidak berlama-lama larut dalam suasana. Hatinya yang selalu gelisah menjadikannya untuk lebih berfikir tentang apa makna kehidupan. Ia pun mula bertanya apa tujuan hidup ini ? Pertanyaan berat tetapi Sadam dapat menjawabnya, bahwa hidup adalah untuk beribadah dan memberi manfaat kepada lainnya. Keprihatinan terhadap anak-anak di sekitarnya yang tidak tersentuh pendidikan agama menjadi awaldari perhatian Sadam untuk berbuat sesuatu. Tanpa pikir panjang, dan dengan segala keterbatasannya, Sadam pun mengkordinir anak-anak ke dalam TPA. Musholla yang lama tak terurus dijadikan basis kegiatan tersebut hingga akhirnya Mushalla itu “hidup” kembali. Sadampun harus pontang-panting mencari dana untuk menghidupi Musholla dan kegiatannya, bahkan tak jarang harus meminjam uang koperasi di PA. Sayangnya warga sekitar tidak peduli dengan kondisi mushalla meskipun secara ekonomi mereka boleh dibilang berada.
Sebagai sosok pengawal kebersihan di Pengadilan Agama Purwodadi dengan kesibukannya yang luar biasa, Saddam sangat piawai membagi waktu terutama waktu shalat, boleh dibilangia selalu menghadang datangnya waktu shalat. Bahkan karena hati-hati agar pakaian tetap suci, Saddam menjadi satu-satunya makmum di mushalla kantor yang sering mengenakan sarung. Tidak hanya itu, dalam aktifitas bekerja ia selalu melantunkanshalawat Nabi Muhmamad SAW. Maklum ia termasuk “Syecher Mania”, panggilan bagi penggemar HabibSyech yang lantunan shalawatnya digandrungi kalangan muda Indonesia bahkan manca negara. Kepada penulis Saddam berkali-kali mengutarakan keinginannya untuk bias menghadirkan HabibSyech sang idolanya itu di kampungnya. “Sayangnya saya belum mempunyai biaya untuk itu, doakan ya pak”, kata Saddam memelas.
Menjadi tenaga honorer di PA Purwodadi dengan rutinitas mengawal kebersihan kantor sejak 5 tahun yang lalu, Saddam benar-benar menjadi andalan dan sosok yang patut diteladani. Kecekatan bekerja, keramahan dalam melayani para pencari keadilan, dan kesopanannya dalam berhubungan dengan pegawai/karyawan PA Purwodadi menjadi ciri khas dari pria dua anak ini. Meskipun honornya minim, ia nampak enjoy bekerja di lingkungan PA. Masuk kantor paling awal, dan tidak jarang pulang paling akhir telah dilakoninya bertahun-tahun. Bahkan, disaat rutinitas melelahkan tersebut, ia harus melayani para pencari keadilan mengambil antrian sebelum pelaksanaan sidang.
Dibalik ketekunannya, ternyata Saddam memiliki filosofi hidup yang patut diacungi jempol. Kepada reporter Website PA Purwodadi yang mewawancarainya, Saddam hanya mengatakan “orang hidup tidak boleh diam, kecuali sedang berdzikir”. Kalimat yang singkat tetapi sarat dengan makna, dan Saddam telah membuktiannya. Barangkali ini juga yang menyebabkan pimpinan PA memberi tugas tambahan kepada Saddam, yaknimenjaga pelaksanaan sidang dan menjadi kurir mediasi. Toh semua itu dapat dilaksanakan Saddam dengan baik. Sebaliknya, jangan ditanya kalau dia sedang berdzikir, dia mematung tak bergerak bagai mummi yang tak peduli dengan lingkungannya. (AZ)